Selasa, 29 Maret 2016

Elegi Bangku

Dua tahun sudah aku tak pulang ke rumah. Ada semilir rindu namun duka masih terasa. Rumah beserta isinya hanya menjadi pompa luka lama.

Ibu terus bermenung di bangku tua peninggalan ayah itu. Ia tak banyak bicara, hanya sesekali seperti bersandar pada sesuatu. Mungkin ayah sedang mendatangi ibu. Lain waktu ibu bersenandung dendang lawas kesukaannya. Tanpa ekspresi, namun pipinya basah begitu saja.

Jelas ayah yang salah telah mendustai ibu. Bermain dengan wanita lain di bangku istimewa itu. Bangku yang bertulis cinta selama hampir 25 tahun. Ibu tak kuasa cintanya dibagi, langsung mendorong ayah ke tanah. Batu-batu tamanlah yang menerima benturan kepala itu dengan keras. Apa daya, nasi telah jadi bubur, nyawa tak bisa dibawa kembali.

Mungkin penyesalanlah yang ibu rasakan tiap hari. Seperti sedang menunggu penerimaan maaf di bangku penuh elegi itu.

Kini rumah itu telah kosong. Bangku itu kubiarkan lapuk di makan waktu, walau ingatan selalu terpatri dengan kuatnya.

Senin, 28 Maret 2016

Kulkas *tantangankakcici*

Jadi ceritanya beberapa hari ini lagi malas banget nulis. Trus dikasih kata kunci KULKAS. Jadilah ini hasilnya. Makasi ya Kak Ci 😍😚

Kulkas

"Ji, gila ini cuaca panas banget ya."

"Yaiyalah, ini lagi summer, Ta."

"Ya gue tahu, Ji. Tapi ini parah banget. Lo ga kepanasan jilbaban gede gitu? Tebel lagi 😐"

"Elu ga tau ya? Ini kulkas gue loh, Ta."

"Kulkas apaan? Ngarang aja lo 😐"

"Iya kulkas. Sekaligus sunblock buat gue. Lo liat dong, dari atas sampai bawah ketutup semua? Panasan mana gue yang terlindung dibandingin elu?" *kibashijab*

"Iya ... kelindung elu lah. Tapi kan gerah."

"Tau dari mana ini gerah? Udah nyoba apa mau gue cobain?*terkekeh*

"Kelihatannya gitu ..."

"Eits, dont judge a book by its cover!" *melet-melet*
Sejuk tau dibalut gini. Adem. Kaya lagi di kulkas"

"Ah, serah lu deh, Ji." *berlalu*

Militan di Tanah Jawa Part 1

Well, bicara pengalaman pasti banyak banget yang udah aku lalui selama hampir seperempat abad ini. Nah kali ini aku bakal share pengalaman aku waktu berkunjung ke tanah jawa. Baidewai aku dari Pekanbaru, Riau. 😄

Juli 2012, perjalan ini aku laluin bareng senior cowok aku berinisial RH. Ini bukan liburan sih ya, kita punya acara Teater di Purwokerto. Kita berangkat siang dari Bandara Sultan Syarif Kasim Pekanbaru menuju Bandara Soekarno Hatta Tanggerang.

Perlu aku kasih info seniorku ini nge-push aku buat jadi militan di tanah orang. Jadi, apa-apa aku yang disuruh nanya. Wkwk. Sampai di bandara kita lanjut perjalanan ke salah satu kampus teater di Jakarta Selatan, tepatnya Teater Unggun di Kampus USNI (Universitas Satya Negara Indonesia). Kita stay satu malam di sana, tidur di sekre Teater Unggun bareng anak Medan.

Sebenernya kita udah dibagiin kelompoknya, harusnya sih waktu itu kita stay di UNJ. Tapi karena di USNI rame anak Medan sesama Sumatra, doi berat ke USNI. Eh, tau-tau malamnya doi main sendiri ke UNJ ninggalin aku. Bukannya apa-apa, aku ya banyakan juga baru kenal, selebihnya kenal di medsos.

Besoknya, bg Qway dari unggun bela-belain nganterin aku ke UNJ karena tiket kereta aku ya dari UNJ. Pertama kali dong naik transjakarta waktu itu. Gilak! Ampun ini rame banget 😂 badan aku yang kecil ini ya habis didesak-desak pas antrian. Untung bg qway sigap, aku berasa adek-adek banget. Haha.

Sampai di UNJ, aku ngeluh ke seniorku itu. Reaponnya cuma ngakak doang. Ppft. Nah berangkat dong kita ke stasiun senen kalo ga salah ya. Kereta lepas landas *pesawatkali* jam 9 dan nyampe Purwokerto jam 5 pagi. DINGIN! Purwokerto ajib dinginnya. Bukittinggi mah kalah 😂

Nah di Purwokerto kita nginap di STAIN Purwokerto. Acara berlangsung seminggu, nah aku dan seniorku juga bakal mentasin sebuah naskah monolog. Aku Sutradara dan doi aktornya. Of course, kita ga bisa nyelesein ini berdua doang. Kita minta bantuan dari segala penjuru Sumatra paling utama. Hahah.

Di sini, militan aku diuji lagi. Hampir semua perlengkapan aku yang urus. Robek-robek koran segunung sampai karet-karetan, lari sana lari sini, beli ini beli itu. Bahkan aku sampai diajakin ke Unsoed sama LO.

Tibalah hari pementasan. Aku di depan ngurusin musik, temen-temen dari Medan ngurusin cahaya dan lainnya juga ada bantuan dari temen-temen Jakarta. Disampingku ada si Abdu dari Medan yang bantuan rekaman. Well, I was so touched waktu itu. Terharuu banget 😢

Walaupun bisa dibilang 'kacau' tapi issue yang kita bawa ke panggung waktu itu jadi buah bibir. Selain kami, ada 30an pementasan lain selama seminggu itu. Puas deh nonton tiap hari 😃

"Lo dateng sendiri, Nis? Keren!"
"Ma yang lain? Ndak ikuik? Bagak yo!"

Itu beberapa ocehan temen-temen yang aku temui usai pementasan. Berasa superwoman banget dah ah. Haha

Penggerak Hati

Wajahnya mulai berubah sinis tatkala aku mengatakan hal yang sejujurnya. Matanya menyeringai bak baru bertemu mangsa. Padahal sudah kuminta untuk tidak marah, tapi kurasa dia gagal menahan amarah.

"Pembohong!" Itu yang terus ia mantrakan kepadaku. Aku hanya tertunduk lemah. Memang aku yang salah, aku tak memberitahukan padanya lebih dulu perihal 'kecelakaan' itu.

Ratna, perempuan itu adalah korban. Aku menemukannya tergeletak di tepi jalan dengan perut membuncit. Segera kubawa ia ke rumah sakit. Setelah memastikan itu mendapatkan perawatan, bergegas kucari pintu keluar. Namun takdir berkata lain, raungnya malam itu menahan langkahku seketika.

"Ayah ... Ibu ... aku ingin ikut kalian!"



#tobecontinued

Rabu, 23 Maret 2016

Reflection in Phuket

Pada tiap keindahan yang Tuhan ciptakan ada milyaran rasa syukur yang mekar. Kita jauh dari sempurna tapi kita yang terbaik.

Aku telah menemukan kebahagiaan dari diriku sendiri. Bagaimana aku bertahan, berjuang, lalu melakukan kesalahan dan memperbaikinya adalah bentuk kebahagiaan yang haqiqi.

Jodoh bukan sekedar pasangan hidup, tapi juga orang tua, saudara, teman, mantan, tempat bekerja termasuk tempat liburan bahkan musuh sekalipun. Bertemu laut, pantai, sunset, hiruk pikuk dan ketenangan juga bagian dari jodoh.

Langkahmu adalah lika-liku pertemuan. Senja kala itu juga hasil dari keberanian langkah.

Lalu ke mana lagi langkah itu akan aku ayunkan? Jodoh seperti apa lagi yang akan aku temukan? Kebahagian apa lagi yang akan kita buat?

Maka rangkailah rasa syukur dengan ibadah yang lurus dan taat.

Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


Taken at Patong Beach, Phuket -Thailand

Selasa, 22 Maret 2016

Awal Musim Panas

Serumpun doa disemai pada tanah kering
Bocah-bocah berkeliling bersalawat
Pada langit yang mengetuk kemarau
Dia menjanjikan basah akan pulang nanti

Bangau mengepak meminta air
Sadar paruh kian lusuh
Kerbau berendam dalam gersang
Mengibas ekor yang kian kaku

Sebelum cahaya
Ada kilat sebagai penanda
Ada angin yang menguat
Pada waktu yang makin singkat
Biar hujan jadi pengikat

Allahumma shoyyiban nafi'an

My Favourite Book!


Buku favorit? Punya dong!

Buku favoritku adalah bagian dari cita-citaku dan cita-cita tanah air. Buku yang menjadi penyemangatku bahwa selalu ada jalan berbuat kebaikan. Selalu ada jalan untuk membahagiakan orang lain. Paling utama adalah masih ada senyum-senyum polos anak-anak yang harus kita pelihara dan jaga dari kebobrokan dan demoralisasi negeri ini.

Buku favoritku adalah kumpulan kisah-kisah manis dari ujung negeri. Kisah-kisah yang akan membuat kakimu resah karena hanya berdiam diri. Kisah yang akan memompa genangan di pelupuk matamu. Kisah yang akan membuatmu bersyukur mendapat kehidupan yang lebih baik.

Buku favoritku ditulis oleh pemuda-pemuda luar biasa dari seluruh negeri. Pemuda yang dengan ketulusan hati mau bergerak ke pelosok negeri, memberi semangat dan ilmu untuk anak-anak lucu itu. Pemuda yang melepas segala kemewahan untuk hidup sederhana di batas-batas negeri.

Buku favoritku adalah Indonesia Mengajar. Buku yang membantumu mengenal akar rumput. Buku yang mengingatkanmu tentang "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa" salah satu janji negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Kita punya andil besar dalam pelunasan janji ini.

Buku favoritku adalah jendelaku menjelajah negeriku sendiri. Aku pastiin kamu bakal ketagihan baca buku ini. Sebentar kamu bakal tertawa, menangis, atau bahkan merasa iri karena belum bertemu anak-anak lucu itu.

Aku sendiri? Tak perlulah ditanya.

Kamis, 17 Maret 2016

ESTP vs INFJ (Part 3)

Pintu kamar kututup rapat-rapat. Masih terbayang olehku tumpukan balon itu. Ben terus mengetuk pintu kamarku sambil memohon maaf.

"Ta... Kamu marah ya? Maafin ayah Ben ya. Ayah Ben ga tahu kamu segitu takutnya sama balon. Ta... Buka pintunya dong?"

Aku diam saja. Kututup telingaku rapat-rapat dengan earphone. Kunaikkan volume suara yang paling tinggi. Tak kuhiraukan lagi Ben di luar sana.

Keesokan pagi, aku bangun masih dengan bayang-bayang balon itu. Matahari masih tertutup tirai biru di jendela. Ah betapa aku mencintai pagi dengan cerahnya, bau tanah-tanah basah disiram embun juga sisa-sisa angin semalam.

Segera kulangkahkan kakiku menuju pintu. Aku butuh mandi untuk menyegarkan pikiranku. Klik. Pintu terbuka dan kudapati seseorang tergeletak di depan kamarku.

Ben?