Rabu, 11 April 2012

Imajinasi Losari


IMAJINASI LOSARI
                “Rendy..”
                “Iyaa..”
                Mendengar suara merdu itu sejenak aku kembali di dua tahun lalu, di tepi pantai terindah yang pernah aku jadikan keajaiban dunia dalam imajinasiku sendiri, Pantai Losari, Makassar. Aku berdiri di tepinya sambil menghempas pasir putih itu dengan setiap ujung jariku. Sesekali kulihat ada umang-umang mengamatiku, mendekatiku dan mendaki ke punggung kakiku dari ujung kaki, geli juga rasanya. Gantian aku yang mengamatinya sekarang. Ingin sekali aku gantian menaikinya. Pasti akan sangat menyenangkan. Imajinasiku kembali meronta ingin diceritakan. Ya aku menaiki umang-umang itu tentu dalam imajinasiku. Aku berjalan mengelilingi pantai, pelan sekali jalannya umang-umang ini, sama pelannya dengan hidupku. Namun, tiba-tiba tubuhku seperti dihempas sesuatu, aku tidak sadar apa itu. Ah biar saja, toh hanya imajinasiku saja.
                “Rendy !!”

Jendela Sarang Rayap



Langit masih tetap cerah malam ini, mengumpulkan semua rakyatnya yang bersembunyi seharian tadi. Di sudut kamar ini, aku masih menggemakan rindu yang kian hari kian menjadi. Tak dapat menyatu dengan lingkaran merah di atas sana. Masih dengan segala keyakinan yang memeluk mesra sekujur jiwa, keyakinan akan janji suci yang terpatri di surat merah muda yang bukan hanya sekedar aksara. Tidak hanya hari ini, jam ini, menit ini bahkan detik ini, aku masih tetap menunggu lambaian tangannya di balik jendela sarang rayap. Dia yang