“Ta,
temenin aku ke bandara yuk?” celetukku pada Nita yang tengah asik dengan smartphonenya
“What?
Bandara? Ngapain?” Nitapun menghentikan aktivitasnya yang begitu mainstream
itu.
“Iya bandara. Aku mau lihat langit
yang ada di bandara. Mungkin masih biru.” Sontak Nita tergelak dengan alasanku
barusan. Dia menutup mulutnya dengan tangan kanan dan menepuk-nepuk pundakku
dengan tangan kirinya.
“Aduh, Sa! Kamu udah kena gejala
rabun atau apa sih? Ga ada lagi langit biru.