Senin, 14 Maret 2016

ESTP vs INFJ (Part 1)

Lagi-lagi ia membawa balon-balon itu ke rumah. Padahal sudah kubilang kalau aku tak suka balon. Aku tak suka gelembungnya, seperti bom waktu. Aku tahu pria ini, dia hanya ingin melakukan sesuatu untuk menyenangkan ibu. Walaupun baru satu tahun mereka hidup bersama. Tapi pria ini sudah lebih dari 365 kali mencari cara beromantis ria dengan ibu. Mungkin karena perbedaan umur yang cukup jauh, 12 tahun. Ya, pria muda ini adalah ayah tiriku, suami brondongnya ibu.

Ben, kudengar itu namanya. Pria dengan paras kebanyakan ini adalah mahasiswa ibuku di perguruan tempatnya mengajar. Entahlah apa yang terjadi hingga mereka bisa seperti sekarang. Ben, dengan potongan rambut ditarik ke belakang, mata bulat, hidung sedang dengan tahi lalat di dagu adalah pria dengan tipe kepribadian ESTP yang sangat berbeda jauh denganku yang INFJ. Sudah beberapa kali ia mengajakku mengobrol, aku hanya diam kemudian bergerak menjauh menuju kamar, duniaku.

Hari ini entah usaha yang ke berapa ia ingin merayu ibu. Hasrat jiwa mudanya tak dapat dibendung. Ia memasang semua perlengkapan sendiri. Apa lagi ini hari ulang tahun pernikahan pertamanya. Banyak sekali yang ia tanyakan padaku. Aku bisa jawab apa, seorang gadis berumur 16 tahun.

Kudengar ibu akan pulang telat hari ini. Sebenarnya seperti biasa. Ibu benar-benar pekerja keras. Ia juga seorang pengusaha. Diumurnya yang ke 37 ini, entah pesona apa yang ia miliki sampai mendapatkan si brondong.

#to be continued

9 komentar: